Footer Widget 1

Budidaya Temu Lawak

Temulawak (Curcuma xantorrhiza) merupakan tanaman obat yang di daerah Jawa Barat disebut koneng gede, di Madura temu lobak. Tumbuhan temulawak banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, tegalan dan ditanam juga di kebun-kebun atau pekarangan. Umbi temulawak dikenal sebagai obat, sedangkan akarnya yang tua mengandung minyak, cabang akarnya dapat digunakan untuk makanan anak-anak yang mudahdicerna.


Temulawak termasuk tanaman Terne berbatang semu yang tumbuh merumpun, habitusnya dapat mencapai 2-2,5 m, tiap rumpun terdiri atas beberapa anakan (3-9), tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun. Daunnya berbentuk panjang agak lebar, lamina dan ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun 50-55 cm, lebar ± 18 cm, tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur, berbunga sepanjang tahun dengan warna kuning pangkal berwarna ungu, warna rimpang kuning dengan akar serabut.

Iklim

Tumbuh baik di lahan-lahan yang teduh terlindung dari sinar matahari, namun memiliki adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah tropis.
Suhu udara yang baik untuk budidaya temulawak antara 19-30°C.

Curah hujan yang diperlukan antara 1.000-4.000 mm/tahun.

Media tanam
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah. Namun untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur, drainase baik. Tanah liat berpasir yang paling ideal. Pemberian pupuk organik dan anorganik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup.

Ketinggian Tempat
Temu lawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5 - 1.000 m dpl, ketinggian optimum 750 m dpl, kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman pada ketinggian 240 m dpl.

Pembibitan

Perbanyakan tanaman dilakukan menggunakan rimpang-rimpangnya baik rimpang induk maupun rimpang anakan. Keperluan rimpang induk 1.500- 2.000 kg/Ha dan rimpang anakan 500-700 kg/Ha. Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua sehat umur 10-12 bulan. Untuk rimpang induk dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari, setelah itu ditanam. Sedangkan rimpang anak yang baru diambil, simpan di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru, atau rimpang cabang ditimbun tanah disiram rutin pagi dan sore sampai keluar tunas baru segera dipotong dengan mata tunas 2-3 mata tunas. Bibit dari rimpang induk lebih baik dari pada rimpang anak.

Pengolahan Media Tanam

Pengolahan dilakukan sebaiknya 30 hari sebelum tanam, lahan dibersihkan dari gulma dan dicangkul sedalam 30 cm, dibuat bedengan lebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm, Di atas bedengan dibuat lubang tanam ukuran 30 x 30 x 60 cm diberi pupuk kandang 1-2 kg, SP-36 100kg/Ha dengan jarak tanam dan kedalaman 60 x 60 cm.

Teknik Penanaman

Penanaman pada awal musim hujan. Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang dengan mata tunas menghadap ke atas, timbun dengan tanah sedalam 10 cm.

Pemeliharaan Tanaman

Penyulaman, tanaman yang mati/rusak diganti oleh bibit yang sehat.

Penyiangan, dilakukan pagi/sore membuang rumput liar, dilakukan pada 2 bulan dan 4 bulan setelah tanam bersamaan dengan pemupukan. Pengairan, dilakukan pada fase awal pertumbuhan, dengan cara dileb atau disiram menggunakan alat, berikutnya tergantung kondisi tanah dan cuaca.

Pembumbunan, dilakukan secara rutin setelah pemupukan.

Pemupukan susulan I diberikan saat tanaman berumur2 bulan pupuk kandang 0,5 kg/tanaman atau sekitar 10 ton/hektar, pupuk urea 95 kg/Ha dan KCL dosis masing-masing 40 kg/Ha disebarkan merata dalam larikan jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.

Pemulsaan, dengan jerami dilakukan awal musim tanam.



Hama

Hama yang dominan pada temulawak, antara lain:

1. Ulat jengkal (Chrysodeixism chalcites esp.)

2. Ulat tanah (Agrotisypsilon hufn.) dan

3. Latar rimpang (Mimegrala coerulenfrons macquart).

Pengendalian; menggunakan pestisida ramah lingkungan


Penyakit

1. Jamur Fusarium

Penyebab:

F. oxysporum schlechtdanPhytium sp. serta bakteriPseudomonas sp. Menyerang perakaran dan rimpang di kebun atau setelah panen. Gejala:

Fusariummenyebabkan busuk akar rimpang dengan gejala daun menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman bagian tengah membusuk. JamurPhytium sp. menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat keseluruhan tanaman menjadi busuk.

Pengendalian:

Melakukan bergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae.

2. Penyakit Layu

Penyebab: Pseudomonas sp.

Gejala:

Menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir.

Pengendalian:

Dengan pergiliran tanaman.

Gulma

Gulma kebun antara lain : rumput teki, alang-alang, ageratum dan gulma berdaun lebar lainnya.
Rimpang dipanen telah berumur 9-10 bulan. Dengan ciri memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan cara tanah di sekitar rumpun diangkat bersama akar dan rimpang.

0 komentar:

Posting Komentar