Footer Widget 1

Batik Lasem


 Bagi anda yang lagi berkunjung ke daerah pamotan rembang dan ingin blanja batik tulis lasem, anda bisa datang ke rumah Siti Muizzah rumahnya tepat berada di sebelah utara bekas stasiun pamotan. Batik Lasem mempunyai ciri khas multikultural ­Jawa-Tionghoa yang ­kental. Pesonanya tampak pada warna-warni yang cerah serta motifnya yang khas.

Batik merupakan salah satu ciri khas budaya Indonesia. Dari motif dan warnanya, kita bisa tahu dari daerah mana batik itu berasal. Di Lasem, Jawa Tengah, motif dan warna batiknya kental dengan ciri multikultural antara budaya Jawa dan Tionghoa. Hal ini terjadi karena pada zaman Kerajaan Majapahit, kota Lasem merupakan salah satu dari tiga kota pelabuhan terbesar.

Buku Serat Badra Santi (Babad Tanah Lasem) yang ditulis pada tahun 1479 me­ngatakan bahwa kota ini pernah disinggahi salah seorang nahkoda kapal dari rombongan Laksamana Ceng Ho. Puteri Na Li Ni, istri sang nahkoda kapal, merupakan salah seorang perintis dunia perbatikan Lasem. Tradisi itu kini diwarisi oleh pengrajin batik di Rembang khususnya Lasem, Pancur, Pamotan dan Rembang. Motif khas Tionghoa itu bisa terlihat dalam gambar burung hong, kilin, liong, ikan mas, ayam hutan dan sebagainya.

Ada juga motif bunga seperti seruni, delima, magnolia, peoni atau sakura. Ciri khas motif Tionghoa lainnya bisa dilihat dalam motif geometris seperti swastika, banji, bulan, awan, gunung, mata uang atau gu­lungan surat. Motif Tionghoa ini berpadu dengan motif Jawa yang umum terdapat dalam batik khas Jogjakarta dan Solo, seperti parang, lereng, kawung, udan liris dan lain-lain.

Warna dominan batik Lasem adalah merah, biru, soga, hijau, ungu, hitam, krem, dan putih. Warna-warna ini adalah juga pengaruh dari silang budaya. Warna merah dalam batik Lasem adalah pengaruh dari budaya Tionghoa. Warna biru berasal dari pengaruh budaya Eropa (Belanda). Warna soga berasal dari pengaruh budaya Jawa, diambil dari warna batik Solo. Sedangkan hijau akibat pengaruh komunitas muslim.

Contoh jelas kombinasi warna ini bisa dilihat dari “batik tiga negeri” khas Lasem. Batik yang dikembangkan pada zaman Hindia Belanda ini mempunyai tiga warna khas yang dibuat di tiga wilayah produksi. Merah diproduksi di Lasem, Biru diproduksi di Pekalongan dan soga diproduksi di Solo. Warna biru bisa diganti dengan hijau atau ungu berdasarkan selera pemesan. Tapi warna merah dan soga terdapat di semua batik tiga negeri.

Sejak abad ke-19, pemasaran batik Lasem sudah menembus seluruh pulau Jawa, Sumatera, semenanjung Malaka (termasuk Singapura dan Malaysia), Bali, Sulawesi, wilayah Asia Timur (Jepang), Suriname dan Eropa. Pengaruh penyebaran batik Lasem di zaman itu masih bisa dilihat di daerah Bali, Lombok, sumbawa dan Sumatera Barat. Di Bali, kain batik Lasem bermotif Lok Can dipakai sebagai selendang atau ikat pinggang pada berbagai upacara agama. Di Lombok dan Sumbawa, batik Lasem digunakan sebagai syal para pria. Sedangkan wanita di Sumatera barat menggunakan batik Lasem sebagai selendang.

Budaya-budaya lokal tersebut pada gilirannya juga memberi pengaruh pada batik Lasem, yang menginspirasi dimensi ukuran, motif, warna dan jenis kain menjadi lebih beragam. (Lisa Suroso)

0 komentar:

Posting Komentar