Footer Widget 1

Melirik Ekstra Emprak


Puji Setyorini.

Kaliori – Meski masih muda, namun sudah mampu mengusir rasa malu. Ia menjadi salah satu pemain termuda seni tradisional emprak Kwangsan Kec. Kaliori. Uang bayaran yang diterima, kemudian untuk tabungan masa depan.

Puji Setyorini, usianya baru 12 tahun, sekarang duduk di kelas VI SD Negeri Kwangsan. Sejak kelas IV, Puji mulai ikut pentas seni emprak. Berawal dari bujukan sang bapak, Sarko yang juga ketua emprak wahyu suko budoyo. Jiwa seni kian mengalir deras, kelak ingin meneruskan semangat orang tuanya untuk melestarikan emprak, sebagai warisan leluhur.

Puji Setyorini mengungkapkan dari awal memang menggandrungi kegiatan menari dan menyanyi. Begitu mendapatkan kesempatan tampil, langsung saja ia terima. Sama sekali tak ada rasa malu, karena justru merasakan kebahagian luar biasa, ketika mampu menghibur para penonton.

Sekali pentas, ia dibayar Rp 50 ribu. Tak hanya mencukupi kebutuhan sendiri, sebagian uang ditabung untuk biaya sekolah sekolah. Soal cita cita belum terpikir, target Puji hanya satu yakni sekolah setinggi mungkin.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Kwangsan Kec. Kaliori, Lilik Diyanto mengatakan potensi pemain seni emprak cukup banyak. Dalam beberapa kali even, siswa sekolahnya mempertontonkan emprak kepada masyarakat, kali terakhir saat Jambore Pramuka di lapangan desa Wiroto, belum lama ini.

Ia berencana menetapkan emprak sebagai materi ekstra, diluar jam pendidikan formal. Kalau pengajar dari tokoh emprak Kwangsan siap, pihaknya akan mendukung penuh.

Menjaga emprak tidak punah dilibas kemajuan zaman, memang bukan pekerjaan mudah. Karena banyak tantangan, menurut Lilik, sekolah perlu ikut ambil bagian. Bagaimana mengemas emprak tetap eksis, sedangkan disisi lain prestasi belajar mengajar meningkat.

0 komentar:

Posting Komentar